Jumat, 02 Desember 2011

GURU


MOTTO :    “ DIDIKLAH PESERTA DIDIK DENGAN HATI                   DAN RUBAHLAH MEREKA DENGAN CINTA”.
Apapun yang saya paparkan disini adalah sebuah relita bukan cerita tidak ada maksud sedikitpun untuk membanggakan diri ataupun mengajari terlebih menyinggung pihak manapun sebab saya disini menulis dengan hati hingga mampu berbagi dengan teman semua semoga dapat diambil hikmah dan manfaatnya.
DIARY SANG GURU
Lina kecil berumur kira-kira 8 tahun, dia sangat senang bermain dengan teman sebayanya, semua permainan anak perempuan ia senangi terlebih bermain orang-orangan dari kertas atau dari rumput-rumput yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga permainan mereka sangat asyik dan seru, yang menarik permainan yang mereka lakukan tidak jauh berkisar mengenai bermain guru-guruan, dimana Lina kecil selalu berperan menjadi guru dan teman-teman lain menjadi murid, hal tersebut berlaku hingga Lina kecil menjadi  ABG hingga kapanpun dan dimanapun apabila ada permainan bermain peran, Lina ditokohkan sebagai guru yang baik, tak terasa air mata ini meleleh saat mengenang masa kecil yang sangat indah dan penuh kenangan itu, ya Allah tanpa kusadari usia ku kini sudah hampir mencapai   35 tahun, dan  kini Lina kecil sudah menjadi guru sebenarnya, guru yang telah mengabdikan dirinya selama 12 tahun untuk mencerdaskan anak bangsa.
Aku tidak tau apakah profesi ku sebagai guru ini merupakan panggilan jiwa atau sebuah cita-cita kecil yang telah menjadi kenyataan, terlebih setelah malam penganugrahan sebagai guru berpretasi kemarin betapa sungai kecil yang mengalir dipipi ini sangat sulit untuk dibendung betapa tidak, Lina kecil yang dari kecil sangat senang menjadi guru kini mendapatkan karunia yang sangat besar dari Allah berupa predikat guru teladan, sungguh sebuah predikat yang tidak didapat dengan mudah juga teramat sulit untuk  dipertahankan terlebih untuk meningkatnya.
Lina merupakan anak tunggal dari pasangan H. Abdul Manap (alm) dan Hj. Rabiatul Adawiyah, kami dari keluarga yang sederhana namun cukup berkecukupan karena kedua orang tuaku adalah pedagang. Dari kelas 1- 12 predikat sekitar 3 besar selalu dia peroleh, dengan kebiasaan tekun belajar serta dukungan dan do’a orang tua yang selalu menyertainya, walaupun setiap siang setelah pulang sekolah Lina kecil selalu membantu orang tuanya untuk berdagang.
Setelah lulus Aliyah, Lina yang telah beranjak dewasa dinikahkan dengan seorang pria sederhana pada umur 18 tahun , namun pernikahan itu tidak menghalangi Lina untuk menyalurkan cita-citanya sebagai seorang guru, dengan modal ilmu yang pas-pasan Lina mengabdikan dirinya disebuah Madrasah Ibtidaiyah Suasta dengan honor 20 ribu rupiah per bulan , dengan keridhaan suaminya iapun bertahan mengajar selama 1 tahun, setelah itu sebagai keluarga baru yang kecil dan dengan penghasilan yang kecil, suami Lina memberikan alternatif  pilihan apabila Lina masih ingin menjadi guru Lina harus kuliah bagaimanapun caranya, dan apabila ingin berdagang mengikuti jejak  orang tua, Lina akan diberikan pinjaman modal dari orang tua dan akan dibantu menjadi seorang pedagang yang sukses. Hingga suatu hari sampailah pada sebuah keputusan Lina menerima tawaran untuk kuliah hingga pada tahun 1995 Lina kuliah pada IAIN Antasari cabang Palangkaraya Program D2 dengan Jurusan Pendidikan Agama Islam setelah menempuh waktu 2 tahun Lina mendapatkan gelar Sarjana Muda (A.Md) tahun 1997 dengan predikat Kumloude,  walau semasa kuliah begitu berat cobaan yang sempat dirasakan, kenangan yang tak dapat hilang dari benak Lina adalah pada saat final tes Lina harus keluar ruangan  karena harus menyusui anaknya yang baru berusia 1 bulan namun semua itu Lina jalani dengan penuh keikhlasan dan pada saat itu hingga semua berbuah manis, pintu gerbang menjadi guru pun terbuka lebar dan tahun 1998 Lina mendaftar menjadi PNS dan Alhamdulillah dengan Karunia Allah saat itu juga Lina diterima, dan tahun 1999 resmilah Lina menjadi Guru pada Madrasah Ibtidaiyah Suasta Miftahul Huda 1 Palangkaraya, sungguh semua adalah karena dukungan suami dan keluarga yang sangat besar, walaupun Lina adalah orang yang pertama berprofesi sebagai guru dalam keluarga, ia tetap yakin bahwa jalan yang ia pilih untuk mengabdikan dirinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah keputusan yang tepat, walaupun semua orang saat itu menyayangkan mengapa Lina memilih menjadi guru tidak mau menjadi pedagang, walaupun dengan kasat mata saat itu penghasilan pedagang jauh lebih besar daripada seorang guru.
Perjuangan untuk menjadi guru yang baik tidak hanya sampai disitu setelah menamatkan Program D2 Lina tetap langsung melanjutkan ke Program S1 atas dorongan suami dan para dosen saat itu, hingga tahun 2001, Lina memperoleh gelar Sarjana Lengkap ( S. Ag) dengan predikat Kumloude dan dikokohkan sebagai wisudawan terbaik saat itu, sungguh perasaan yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata, semua rasa mengharu biru sampai pada saya menulis  saat inipun air mata itu masih harus tumpah karena mengingat betapa besar pengorbanan hidup dan kehidupan baik secara lahir maupun batin karena dengan status berkeluarga dan punya anak kecil itu bukanlah keadaan yang mudah agar Lina mampu memberikan yang terbaik untuk mengangkat nama baik keluarga dan membahagiakan suami serta orang tua.
Namun semua pengorbanan terasa tidak berarti apa-apa karena pilihan sebagai guru telah membuat orang lain terutama teman, kerabat dan tetangga terdekat mendapatkan inspirasi baru, bahwa kuliah pada fakultas Tarbiyah itu tidak sia-sia, walaupun dulunya didaerah kami, sangat jarang ada orang tua yang mengarahkan anaknya untuk menjadi guru, kuliah saja banyak yang dilarang karena rata-rata orang-orang disekitar kami berpendapat bahwa anak perempuan yang sudah lulus SMA saja sudah cukup dan waktunya untuk membina rumah tangga saja dan ada yang lebih tragis lagi ada diantara teman-teman orang tua saya yang menganggap bahwa sekolah di Madrasah itu lulusannya hanya bisa baca do’a saja namun setelah melihat pilihan hidup saya, banyak dari mereka yang berubah fikiran dan mulai terbuka matanya untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah dan mau mengkuliahkannya pada jalur pendidikan, dan hal itu pernah diucapkan mereka kepada saya bahwa mereka merasa beruntung ada orang yang telah berani untuk mengambil pilihan yang tidak biasanya diambil oleh orang lain pada saat itu. Namun ini semua berkat dukungan orang tua yang sangat besar serta sosialisasi mereka (orang tua saya) kepada teman-teman terdekat mereka.
Tahun ketahun  telah Lina lewati dimana Lina selalu memperbaiki diri untuk selalu berusaha menjadi guru yang baik yang harus membuat peserta didik itu mengingat Lina sampai kapanpun hingga setiap Lina masuk kelas dalam memberikan pelajaran tak lupa Lina selalu menyisipkan pesan-pesan moral yang ringan namun menyentuh perasaan mereka, hingga Lina tidak hanya diingat mereka sebagai sosok seeorang guru saja namun sebagai sahabat yang dekat dan mereka cintai hingga saya selalu menerima semua keluhan mereka dan memberikan solusi pada mereka yang memiliki permasalahan kehidupan.
Bukan hanya itu semua hanya berawal dari dorongan hati agar saya menjadi seorang  ibu guru yang menjadi idola mereka dan menjadi seorang yang   selalu diingat mereka bukan hanya pengajarannya, namun dari cara berjalan, cara berbicara, cara memberikan perintah dan sebagainya merupakan perioritas saya agar mereka mengingat semua itu dan semua seluk beluk apa saja yang saya lakukan sehingga saya ingin menjadi sebagai seseorang yang menjadi contoh bagi  mereka dimasa yang akan datang walaupun saya bukanlah seorang yang baik terlebih berparas cantik tapi saya selalu mengerahkan seluruh inerbeuty yang ada pada diri saya dan menggali semua kelebihan yang ada pada diri saya untuk menutupi semua kekurangan yang ada, sehingga sering saya mengungkapkan kepada peserta didik saya bahwa “ ikutilah apa saja yang baik yang ada pada diri saya dan buanglah apa yang tidak sesuai dan tidak baik dari saya “ karena semua guru itu ingin peserta didiknya jauh lebih baik dari padanya. Oleh sebab itu saya juga sering berkata kepada mereka “ pilahlah dan ambillah semua yang baik pada diri semua guru kamu kemudian masukkan kedalam hatimu hingga alam bawah sadarmu, hinga bila kamu dewasa nanti kamu akan menggabungkan semua yang baik itu pada kehidupanmu sehingga kamu akan menjadi manusia baru yang telah penuh dengan sisi baik yang telah kamu ambil dari semua gurumu dan seandainya kamupun  menjadi guru nantinya kamu akan jauh lebih baik dari kami-kami saat ini”.
Walaupun semua perkataan saya ini belum terbukti secara reel namun benih-benih kebaikan itu sudah mulai muncul sebab banyak dari murid-murid saya yang terdahulu berkata ibu Lina benar kami selalu mengingat ibu, beberapa pesan ibu yang sangat sederhana itu membuat kami lebih baik dalam menata pergaulan, membuat kami lebih terbuka dalam setiap kehidupan dan membuat kami lebih ingin lebih baik dari ibu, bahkan ada yang cukup menggelikan ada seorang mantan murid saya yang kerumah dan mengatakan bahwa saya sebagai inspirator  baginya dalam berteman dan menjadikan   hubungan dia dengan orang tua jauh lebih baik hanya gara-gara ingat perkataan saya bahwa “ tidak ada orang tua yang ingin anaknya menderita dan tidak ada seorang anakpun yang ingin orang tuanya tidak bahagia oleh sebab itu kamu tidak usah punya cita-cita yang tinggi cukup hanya ingin membahagiakan kedua orang tuamu saja maka cita-cita apapun yang kamu mau insyaAllah akan terwujud”.
Hal tersebut memang sangat saya rasakan dan saya buktikan sendiri sebab saya dulu hanya punya keinginan satu yaitu “Membahagiakan Kedua Orang Tua” jadi apapun yang saya rencanakan, terlebih yang saya lakukan harus sepengetahuan dan seizin orang tua hingga dalam masalah apapun yang terjadi pada diri saya orang tua harus tahu dan memberikan ridhanya, jadi apabila timbul malas terhadap diri saya, saya langsung ingat dengan malas belajar  ini orang tua saya pasti tidak senang dan apabila nilai saya rendah nanti orang tua saya pasti tidak bahagia padahal orang tua saya seumur hidupnya tidak pernah memarahi saya maka timbullah energy baru dimana kekuatan itu muncul dengan sendirinya hanya karena ingin membahagiakan orang tua, dan sekarang setelah bersuamipun kebahagiaan Suami dan orang tua tetap menjadi prioritas utama saya jadi apapun itu yang akan membahagiakan suami dan orang tua saya tentu akan berusaha saya raih dan wujudkan asal mereka semua bahagia.
Sekali lagi saya bukanlah seorang guru yang baik bahkan terkadang saya sendiri bingung bagaimana menjadi guru yang baik tapi yang selalu saya harus sadari bahwa setiap peserta didik saya, harus mengalami sebuah perubahan kearah yang lebih baik untuk itu saya sebagai guru harus bersaha lebih baik lagi agar menjadi guru yang baik untuk itu sering saya berkata kepada teman-teman bahwa kemampuan anak didik itu tidak perlu untuk dibicarakan apalagi diobrolkan diwarung tapi kita harus mencari solusi bagaimana agar anak itu menemukan jati dirinya, bagimana agar ia mampu menggali semua potensi ataupun kelebihan yang ada pada dirinya, janganlah kita selalu menjadi hakim bagi mereka terlebih kepada mereka yang tidak pandai dan memvonis mereka sebagai anak yang bodoh, namun kita harus saling bahu membahu memberikan arahan kepada mereka membimbing dan memegangi mereka serta mengatakan kepada mereka bahwa tidak ada manusia itu bodoh yang ada hanya manusia yang malas karena tetesan air yang lembut akan melubangi batu sekeras apapun.
Mungkin kata-kata ini memang mudah untuk diucapkan namun memang cukup sulit untuk diaplikasikan tapi bukan tidak mungkin kalau kita semua berusaha bersama  bergandeng tangan menuju kearah yang lebih baik maka semua kecerdasan yang ada pada diri peserta didik akan kita temukan bersama.
Kita sering melakukan kesalahan besar kita memandang anak yang mendapatkan nilai 0 pada bidang matematika menganggap bahwa mereka adalah anak yang bodoh bahkan mungkin kita lebih kejam karena kita mendiskreditkan mereka secara kaaffah bahkan menganggap bahwa mereka yang tidak bisa matematika berari dia secara tidak langsung juga bodoh dalam pelajaran yang lainnya, saya termasuk guru yang sangat sakit hati ketika ada guru yang mengungkapkan pendapat tersebut namun saya juga tidak bisa menutup mata bahwa system pendidikan kita mempunyai kelemahan diantaranya tes diberbagai bidang disiplijn ilmu mereka lebih menomorsatukan matematika untuk itu marilah kita sama-sama membuka mata bahwa anak pintar dan tidaknya itu tidak hanya tergantung pada mata pelajaran matematika saja atau pelajaran sain saja tapi guru yang bijak adalah memandang siswa itu secara utuh sebab walau dia lemah dibidang matematika siapa tahu nantinya hidupnya akan lebih sukses dibanding ia yang kita anggap pintar segalanya itu karena kecerdasan ia tersembunyi dan kesalahan kita sebagai guru sangat besar karena kita tidak mampu menggali kecerdasan yang lain yang ada pada siswa  tersebut, dan bagi anak yang pintar kita sudah kebablasan memanjakannya dan tidak mengisinya dengan kecerdasan spiritual.
Selain menjadi guru saya juga memengang sebuah sanggar seni dimana para peserta didik  yang memiliki hobby selain kurikuler dapat ditampung disana, dan semua teori itu terbukti bahwa benar rata-rata anak tari saya kesulitan dalam pelajaran matematika tapi uniknya dia dengan begitu cepat menghafal seluruh gerak tari yang diajarkan oleh instrukturnya ini membuktikan bahwa mereka cerdas dalam hal seni, dan sudah saatnya kita semua menganut konsep “kecerdasan Majemuk”,
Saya bukanlah guru yang telah menganut konsep multiple intelegensi  secara baik dan benar karena terlalu banyak kekurangan dan kesalahan pada cara saya mengajar kepada peserta didik saya, namun ada satu hal penting yang selalu saya terapkan dalam pengajaran yaitu saya lebih mementingkan proses dari pada hasil maksudnya saya tidak terlalu tergantung pada hasil nilai siswa pada waktu final tes atau hasil raport saja namun saya lebih mementingkan proses belajar mengajar yang terjadi didalamnya, seperti  nilai-nilai moral apa saja yang telah saya berikan kepada mereka dan sejauh mana mereka menyerapnya, dan mengamalkannya, serta mengutamakan pemanfaatan dari pembelajaran  karena pelajaran apapun yang kita pegang kita harus mampu menggali nilai pemanfaatan apa yang bisa kita tawarkan sekaligus tanamkan pada peserta didik kita serta selalu mengaitkan apapun yang kita bicarakan dikelas pada diri mereka sendiri sehingga mereka akan merasa lebih dihargai dan apa yang mereka dengar lebih dapat dilakukan karena kita tidak hanya berbicara teori tetapi berusaha mengaflikasikannya pada kehidupan nyata.
Contoh  kecil yang sering saya lakukan dikelas saya lebih berperan sebagai teman mereka dalam berbagi ilmu, jadi terkadang sebuah topik bahasan akan mengambang kemana saja asal mereka dapat dengan enjoy belajar sambil bertanya jawab tidak jarang kelas kami menjadi ribut bahkan terkadang ada yang keluar dari tema pokok bahasan yang kita bahas tapi selama masih bisa kita komunikasikan hal itu tidak menjadi masalah, hingga semua  permasalahan itu akan kami bahas sampai tuntas bahkan pernah terjadi seorang siswa tidak puas dengan jawaban saya dikelas dia menemui saya diruang seni dan langsung memeluk saya dan menangis bercerita mengenai masalah pribadinya, sungguh pengalaman ini tidak terlupakan oleh saya, mereka bisa curhat apa saja dan kapan saja bahkan ada yang sengaja kerumah agar saya bisa memberikan solosi pada masalah yang dia alami. Padahal sering saya juga berfikir apakah benar semua solusi yang telah saya berikan? Yang jelas mereka mengakui beban mereka berkurang setelah bercerita kepada saya, sebagai guru saya tidak mau hanya bisa mengajar namun saya berprinsip harus mampu mengubah mereka dari yang tidak bisa menjadi bisa dari yang tidak tahu menjadi tahu dan  dari yang tidak baik menjadi baik dari yang sudah baik menjadi yang lebih baik lagi, mungkin disana saya dapat mengambil sebuah hikmah dimana ada terkadang teman sesama guru yang berkata apa sih pentingnya pelajaran SKI seandainya siswa tidak tahu tanggal matinya Fir”aun kan nga apa-apa? , mungkin benar, apa yang telah mereka katakan tapi saya yakin pelajaran apapun pasti akan berguna dan bermanfaat tergantung cara kita mentransperkan ilmu/hikmah yang ada dalam pelajaran tersebut dan saya yakin semua itu akan menjadi amal jariah kita selamanya, walaupun kita hanya berkata “ jangan melewati jalan itu sayang ! karena jalan itu berlubang”, dan mereka mengikuti apa yang kita katakan maka hal itu lebih membekas pada diri dan kehidupan dia dan kita sendiri baik untuk sekarang terlebih untuk akan datang.
Tidak ada kata puas bagi seorang guru karena kepuasan yang hakiki akan kita peroleh kalau anak didik kita berhasil menjadi orang yang lebih baik bukan hanya orang yang berhasil dalam menempuh pelajaran kejenjang yang lebih tinggi atau tidak hanya berhasil menjadi seorang yang mapan, tapi puas seorang guru akan lebih menitikberatkan pada anak didiknya menjadi orang  yang bermanfaat bagi semua orang tanpa meninggalkan Tuhannya, atau mengabaikan orangtuanya atau melupakan guru-gurunya. Sehingga sang guru akan tersenyum bangga melihat anak yang selama ini dia ajari sebuah nilai mengamalkan semua nilai yang telah ia berikan.
Pada suatu hari saya bertemu dengan siswa saya yang pernah saya ajari di MI kelas 4-6 saya selalu bertatap muka dengan dia, dia bisa  kita golongkan sebagai siswa yang pintar pada setiap mata pelajaran, namun alangkah terkejutnya saya ketika saya melihat dia menjadi seorang buruh disebuah toko?, sungguh sebuah permandangan yang sangat tidak enak, terus saya berusaha untuk menyapanya dan dia berusaha untuk menghindar sampai akhirnya saya mampu berbicara dengannya tanpa banyak bicara kami saling bertatapan, dan saya tidak sanggup untuk mengatakan apa-apa saya cuma berkata “semua manusia sudah mendapatkan garis hidupnya masing-masing dan Allah tidak memandang umat-Nya dari lahirnya namun dari ketaqwaanya, tanpa mampu bertahan lebih lama saya langsung pergi karena tidak kuat untuk menahan air mata yang sejak tadi mendesak untuk keluar karena  melihat mata dia yang sudah mulai berkaca-kaca. Setelah hari itu berlalu saya berusa mencari sedikit informasi mengapa anak didik saya yang terkenal pintar itu bisa menjadi buruh pengangkut barang disebuah toko, ternyata dia tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi dan mengorbankan dirinya untuk keberhasilan adik-adiknya”. Tidak banyak yang bisa saya lakukan saat itu karena mungkin semuanya telah terlambat. Tapi jauh dilubuk hati saya yang paling dalam segelintir penyesalan dan kekecewaan datang menghampiri,  mengapa saya baru mengetahui hal ini, mungkin ini akan saya jadikan pengalaman yang besar sehingga nantinya saya sebagai guru tidak salahnya untuk terus selalu memantau anak didik kita walaupun telah lepas dari satuan pendidikan kita saat ini.
Kalau kita berbicara mengenai metode pendidikan, saya bukanlah orang yang tepat untuk membicarakannya namun disini saya hanya ingin sedikit berbagi untuk teman-teman dimana dari pengalaman yang telah saya tempuh tidak ada metode yang paling efektif untuk sebuah pendidikan kecuali Uswatun Hasanah dan  tidak memaksakan kehendak, lebih nature serta lebih berbicara dengan para peserta didik melewati jendela hati karena sekeras apapun peserta didik yang kita ajar, mereka akan luluh dengan sebuah kelembutan yang tertancap kuat pada setiap perkataan dan perbuatan yang kita lakukan.
Kita harus sering mengintrosfeksi kepada hati kita mengapa kita harus selalu memaksakan kehendak, agar pelajaran kita harus semua diakomodir oleh siswa, dan semua siswa harus mendapatkan nilai yang tinggi pada mata pelajaran yang kita pegang? Kita harus sering bertanya pada diri kita, mengapa mereka tidak belajar? Ada apa? dan apa yang melatarbelakanginya? Bagaimana kita membantunya?
Saya rasa sudah saatnya kita menjadi pelayan pendidikan bagi peserta didik kita, jangan marah bila mereka tidak mengerjakan PR, jangan menghukum bila kita tidak menelusuri terlebih dahulu mengapa hal itu mereka lakukan? Jangan ngambek bila siswa tidak senang dengan pelajaran kita, cari tau dengan berbicara dengan lemah lembut kepada mereka, cari tahu dulu mengapa mereka sering keluar dan tidak mau masuk kelas kita? Cari tahu dan cari tahu mengapa dan mengapa? jangan memvonis ataupun menghukum mereka siapa tahu letak pokok permasalahannya terletak pada diri kita sendiri. Siapa tahu kita tergolong guru yang membosankan, bisa jadi pengajaran kita terlalu kaku, monoton atau suara kita yang telalalu lemah sehingga siswa tidak merespon apa yang kita ucapkan?
Untuk itu sudah saatnya mulai dari sekarang kita harus banyak saling bercerita apa saja kekurangan yang ada pada diri kita dan tidak malu untuk mengakui dan memperbaikinya untuk kebaikan dan perkembangan peserta didik kita yang sangat kita cintai.
Saya pernah punya sedikit pemikiran mengapa siswa kita selama ini harus dijejali  dengan  berbagai bidang disiplin ilmu bahkan mereka dipaksakan untuk menguasai semuanya dengan sempurna? Mengapa tidak kita spesifikasi saja sejak menamatkan  Sekolah Dasar untuk focus pada bakat dasar utama yang mereka miliki sehingga mereka dari usia SMP sudah belajar itu-itu saja sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki artinya belajar berdasarkan bakat dan minat jadi anak itu tidak harus belajar secara total matematika atau materi lainnya dari kalas 7 – 12? MIsalnya setelah lulus SD dia terlihat sangat berbakat dibidang seni musik maka alangkah bijaksananya kita tidak memaksakannya ditingkat satuan pendidikan selanjutnya untuk mendapatkan nilai 100 pada bidang yang lainnya? Dan lebih baik lagi seandainya dia yang berbakat dibidang seni musik tersebut difokuskan saja belajar musik dengan seksama sehingga setelah lulus SMP pun ia sudah memiliki keahlian sesuai dengan kebutuhan pribadinya masing-masing. Mungkin ini hanya pemikiran sederhana yang tidak berguna karena saya pelaku pendidikan yang sangat awam dalam mendalami sebuah system pendidikan.
Untuk ini semua saya mengucapkan terimakasih kepada panitia yang telah memfasilitasi saya untuk bercerita kepada semua karena dengan berbagi cerita kita akan saling koreksi dan saling menutupi antara satu dengan yang lainnya hingga diharapkan akan tumbuh konsep-konsep baru dalam pendidikan untuk kemajuan bangsa dan Negara kita yang sangat kita cintai ini yaitu Indonesia .
Sebelum saya mengakhiri semua paparan ini saya juga mengucapkan terimakasih kepada suami saya tercinta yang telah dengan tulus dan ikhlas menemani saya siang dan malam dalam menggapai sebuah cita-cita juga kepada orang tua saya yang telah memberikan motivasi yang sangat besar pada setiap langkah kehidupan saya juga kepada guru-guru saya yang telah banyak menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang saya terapkan selama ini, juga kepada semua sahabat dan rekan-rekan saya seprofesi yang telah memberikan masukan dan control pada setiap pengajaran yang telah saya lakukandengan harapan,semua apa yang kita lakukan mendapat ridha dari Allah SWT.
Akhirul Kalam Wallahulmuwafiq ila aqwamiththariq Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar